Sunday, July 10, 2011

Setiap Kekasih Pasti Berpisah

Utsman bin Affan, apabila mengantarkan jenazah, ia menangis hingga pingsan. Orang – orang pun mengangkatnya seperti jenazah sampai ke rumahnya. Mereka bertanya, “Ada apa dengan Anda?” Jawab Utsman, “Aku mendengar Rasulullah bersabda, “Kubur itu awal persinggahan akhirat.”

Kematian memberikan pelajaran berharga bagi para salaf. Dengan ini hati mereka senantiasa terjaga kelembutannya. Keindahan dunia tak sanggup mengalahkan ingatan mereka tentang kematian. Salah satu dari mereka adalah Umar bin Abdil Aziz.
Sebelum menjabat sebagai khalifah, Umar bin Abdil Aziz adalah seorang gubernur Daulah Umawiyah. Ia hidup sangat mewah, biasa berganti pakaian dalam sehari lebih dari sekali. Hartanya banyak. Ia memiliki istana, banyak pembantu, makanan, minuman dan segala hal yang diinginkannya. Ketika ia ditunjuk sebagai khalifah, semuanya berubah. Umar meninggalkan semua kemewahan, karena ia teringat beratnya alam kubur. Ia berdiri di atas mimbar pada suatu Jumat, setelah umat islam membaiatnya. Umar berpidato di hadapan para amir, menteri dan ulama serta para perwira tinggi. “Tariklah kembali baiat kalian.” Kata Umar. Orang – orang pun serempak menjawab, “Kami hanya menginginkan Anda yang menjabatnya!” Akhirnya ia pun menerima mandate sebagai khalifah. Berjalan sepekan dari kejadian itu, tubuh Umar menjadi kurus, lemah dan pucat. Ia pun kini hanya mempunyai sepotong baju saja. Umat islam ingin tahu sebab perubahan Umar yang terjadi secara tiba – tiba. Mereka bertanya kepada istrinya, “Mengapa Umar berubah?”

Jawab istrinya, “Demi Allah, ia tidak tidur malam. Demi Allah, ia menempati tempat tidurnya lalu beranjak seolah – olah ia tidur di atas bara api dan mengatakan, ‘Ah, sungguh aku telah memimpin urusan umat Muhammad. Kaum fakir miskin, anak – anak dan orang – orang lemah akan meminta pertanggungjawaban kepadaku pada hari kiamat.”

Dikesempatan yang lain, seorang ulama memberanikan diri bertanya langsung kepada Umar bin Abdil Aziz, “Wahai Amirul Mukminin, sungguh kami melihatmu sebelum menjabat khalifah, ketika engkau berada di Makkah, bergelimang dengan kenikmatan dan sehat wal afiyat. Tapi sekarang, mengapa engkau telah berubah?” Umar pun menangis dan kemudian berkata kepada Ibnu Ziyad, alim tersebut, “Bagaimanakah wahai Ibnu Ziyad, sekiranya Anda melihatku di dalam kubur sesudah tiga hari, pada saat aku menanggalkan semua pakaian, berbantalkan tanah, berpisah dengan orang – orang yang dicintai dan meninggalkan para sahabat?”

Oh, rupanya itu yang menyebabkan Umar tak nyenyak tidur dan tak enak makan. Berbeda bukan dengan kondisi kita?





Banyaklah Menangis

Kedahsyatan peristiwa di alam kubur, mampu membekaskan kedukaan dan cucuran air mata pada pemilik jiwa – jiwa yang lembut.

Suatu saat, Nabi dan para sahabat pergi mengantarkan jenazah. Beliau duduk di tepi kubur dan para sahabat pun duduk di sekelilingnya. Beliau menyapu kepalanya dan mencocok – cocok tanah dengan tongkat pendek di tangan beliau. Kemudian beliau mengangkat kepalanya dan air mata mengalir dari jenggotnya, lalu bersabda,

“Wahai manusia, demi Allah, seandainya kalian mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kalian sedikit tertawa dan banyak menangis.” (Riwayat Al Bukhari dan Muslim)

Yah, kematian benar – benar menjadi pelajaran berharga bagi manusia yang berakal. Al Hasan Al Bashri pernah mengatakan, “Kematian telah menguak keburukan dunia, dan tidak meninggalkan bagi orang yang berakal suatu kegembiraan pun.”


Bekal yang Sedikit
Dunia ini usianya sangat pendek. Ia akan berakhir dengan kematian. Setelah kematian ada hari akhirat yang sangat berat. Kesengsaraan di kehidupan setelah dunia, berarti kesengsaraan  yang hakiki. Berbekal dengan amalan kebaikan selama hidup di dunia adalah kunci untuk selamat dari kesengsaraan di alam kubur dan setelahnya.

Suatu ketika ada seorang laki – laki mengiringi jenazah. Setelah jenazah itu dimasukkan ke dalam kubur, laki – laki itu berkata, “Tidak kulihat ada dunia yang ikut bersamamu, kecuali tiga lembar kain! Demi Allah, aku telah meninggalkan rumahku dalam keadaan penuh harta. Demi Allah, jika Allah memberiku keselamatan sampai aku pulang, sungguh aku akan langsung mendermakannya.” Siapakah orang yang mengatakan tersebut? Ternyata ia adalah Umar bin Abdil Aziz.

Benar, kematian adalah pemisah. Ia memisahkan seseorang dari hartanya, kerabat dan kekasih yang dicintai. Malaikat Jibril pernah datang kepada Nabi, lantas berkata, “Wahai Muhammad, hiduplah sesukamu, karena sungguh pasti kamu mati. Beramallah sesukamu karena sungguh, amalmu pasti dibalas, cintailah sesukamu, karena sungguh, kamu pasti berpisah dengan kekasihmu. Ketahuilah kemuliaan seorang mukmin ada dalam shalat malamnya dan harga diri seseorang ada pada ketidakbutuhannya kepada orang lain.” (Riwayat Al Hakim dalam Mustadrok, dihasankan oleh Syaikh Al Albani).

0 comments:

::..Doa Rabithah..:::

Ya Allah Engkau mengetahui bahawa..

hati-hati ini telah berkumpul kerana mengasihi Mu
Bertemu untuk mematuhi perintah Mu
Bersatu memikul beban dakwah Mu
Hati-hati ini telah mengikat janji setia..
untuk mendaulat dan menyokong syariatMu



Maka eratkan lah ya Allah akan ikatannya
Kekalkan kemesraan antara hati-hati ini
Tunjukkanlah kepada hati-hati ini..
akan jalannya yang sebenar
Penuhkanlah piala hati ini..
dengan limpahan iman, keyakinan dan keindahan tawakkal kepada Mu
Hidup suburkanlah hati-hati ini..
dengan makrifat, pengetahuan sebenar tentangMu


Jika Engkau mentakdirkan mati
Maka matikanlah pemilik hati-hati ini..
sebagai para syuhada' dlm perjuangan agama Mu

Engkau lah sebaik-baik sandaran..
dan sebaik-baik penolong ya Allah
Perkenankanlah permintaan ini
Amin ya rabbal A'alamin..

subhanallahh

for you

you are my inspiration.....


Thank you....

hmmm...^_^

All

miss u all friend...^_^